Irma Suryati ditemani seorang anaknya menggelar dagangan ala kaki lima di Car Free Day Alun-Alun Kebumen. (Foto: Dasih D)
KEBUMEN (KRjogja) - Kendati sepanjang tahun 2015 lalu mampu membukukan omset ekspor keset kain perca ke Australia sebesar Rp 850 juta dan memasarkan produk-produknya di dalam negeri dengan omset ratusan juta rupiah per tahunnya, namun kiprahnya yang masih mau bersusah payah berjualan lesehan di even-even 'pasar kaget' di Kebumen telah mengherankan banyak orang.
Itulah Irma Suryati (40), penyandang disabilitas yang sukses mengolah kain perca menjadi aneka barang kerajinan asal Desa Karangsari Kecamatan Buayan Kebumen. Di tengah kesuksesannya kini ia masih rutin menggelar dagangan ala lesehan setiap Minggu pagi di Car Free Day Alun-Alun Kebumen, ataupun membuka lapak dagangan di berbagai even yang dipadati penonton seperti pemecahan rekor MURI dan pameran-pameran skala lokal di Kebumen.
"Sukses ekspor juga memasarkan produk di dalam negeri bukanlah penghalang untuk menjalani rutinitas berjualan ala pedagang kaki lima. Omset ratusan juta pun bukan penghalang untuk bertransaksi langsung dengan pembeli eceran yang hanya ingin membeli keset seharga Rp 10 ribu per buah. Sebab, inilah cara efektif untuk memelihara akar pemasaran produk saya secara langsung di tengah-tengah masyarakat," ujar Irma, di rumahnya, Rabu (27/01/2016).
Di tengah keterbatasan fisiknya sebagai penyandang disabilitas, Irma yang lahir di Semarang tahun 1975 lalu mengaku ingin menjadi wirausaha sejati dengan selalu menghidupkan etos tinggi dalam menjalankan usaha pengolahan kain perca limbah pabrik garmen menjadi aneka bentuk keset, baju anak-anak, tas, bed cover dan lainnya. Kini Irma memiliki 20 orang karyawan di rumahnya sekaligus bengkel kerjanya dan 3 ribu mitra di Kebumen, Banyumas dan sejumlah daerah
lainnya.
" Saya juga sibuk menghadiri undangan sebagai motivator berbagai seminar motivasi dan pelatihan pembuatan kerajinan kain perca ke berbagai daerah di Indonesia. Dalam sebulan minimal 15 kali saya berkeliling memenuhi berbagai undangan itu," ujar Irma.
Itulah Irma Suryati (40), penyandang disabilitas yang sukses mengolah kain perca menjadi aneka barang kerajinan asal Desa Karangsari Kecamatan Buayan Kebumen. Di tengah kesuksesannya kini ia masih rutin menggelar dagangan ala lesehan setiap Minggu pagi di Car Free Day Alun-Alun Kebumen, ataupun membuka lapak dagangan di berbagai even yang dipadati penonton seperti pemecahan rekor MURI dan pameran-pameran skala lokal di Kebumen.
"Sukses ekspor juga memasarkan produk di dalam negeri bukanlah penghalang untuk menjalani rutinitas berjualan ala pedagang kaki lima. Omset ratusan juta pun bukan penghalang untuk bertransaksi langsung dengan pembeli eceran yang hanya ingin membeli keset seharga Rp 10 ribu per buah. Sebab, inilah cara efektif untuk memelihara akar pemasaran produk saya secara langsung di tengah-tengah masyarakat," ujar Irma, di rumahnya, Rabu (27/01/2016).
Di tengah keterbatasan fisiknya sebagai penyandang disabilitas, Irma yang lahir di Semarang tahun 1975 lalu mengaku ingin menjadi wirausaha sejati dengan selalu menghidupkan etos tinggi dalam menjalankan usaha pengolahan kain perca limbah pabrik garmen menjadi aneka bentuk keset, baju anak-anak, tas, bed cover dan lainnya. Kini Irma memiliki 20 orang karyawan di rumahnya sekaligus bengkel kerjanya dan 3 ribu mitra di Kebumen, Banyumas dan sejumlah daerah
lainnya.
" Saya juga sibuk menghadiri undangan sebagai motivator berbagai seminar motivasi dan pelatihan pembuatan kerajinan kain perca ke berbagai daerah di Indonesia. Dalam sebulan minimal 15 kali saya berkeliling memenuhi berbagai undangan itu," ujar Irma.
0 komentar:
Posting Komentar